Rabu, 25 Agustus 2010

Kebenaran "meteor" Cirebon

Baru-baru ini masyarakat Cirebon digemparkan dengan keberadaan meteorit yang jatuh di komplek pabrik gula Tersana Baru, kecamatan Babakan, Cirebon,  Rabu malam 18 Agustus 2010. Menurut beberapa saksi, meteor tersebut bergerak menembus atmosfer bumi, kemudian jatuh di tanah dan membentuk sisa tumbukan berupa lingkaran dengan diameter sekitar 1 meter.

Berbagai isu beredar di kalangan masyarakat Cirebon. Beberapa saksi mata mengatakan bahwa meteorit tersebut jatuh dan terbakar dengan nyala berwarna biru. Bahkan ada saksi yang mengatakan bahwa meteor tersebut membentuk lafadz Allah.



Lantas benarkah keberadaan meteor tersebut?

Beberapa waktu lalu LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) mengirimkan penilitinya Profesor Dr. Thomas Djamaludin langsung ke tempat kejadian perkara. Hari itu Sabtu 21 Agustus 2010 tim LAPAN langsung meninjau tempat untuk melihat langsung titik jatuh benda yg diduga meteor tersebut. Ternyata tidak terdapat bekas tumbukan di tempat tersebut dan yang ada hanyalah tanah datar seperti biasa.

Analisis dilakukan pada beberapa foto yang sempat di tangkap oleh saksi menunjukkan bahwa meteor itu terbakar dengan nyala api berwarna biru. Disamping itu, benda yang di duga meteor itu terpecah menjadi beberapa bagian kecil yang rapuh setelah terbakar.



Dari segi fisik benda itu sendiri tidak menunjukkan karakteristik sebuah logam yang bersifat magnetik. Benda tersebut cenderung rapuh dan dengan mudahnya bisa dipisah-pisah dengan sedikit sentuhan tangan.

Melihat kenyataan tersebut sepertinya sudah sewajarnyalah kalau kita simpulkan bahwa benda tersebut bukanlah "meteor" yang selama ini dikatakan orang-orang. Kata kuncinya adalah nyala api biru yang terjadi saat proses pembakaran meteor tersebut.

Meteorit diklasifikasikan menjadi 3 jenis yaitu Stony Meteorite, Iron Meteorite, and Stony Iron Meteorite. Secara sederhana Stony Meteorite adalah meteorit yang bahan dasarnya berupa batuan, Iron Meteorite berupa besi, dan Stony-Iron Meteorite gabungan dari keduanya.

Penelitian difokuskan pada jenis Iron Meteorite. Singkatnya, sebuah besi tidak akan menyala biru apabila dibakar. Dan benda tersebut juga tidak menunjukkan sifat magnetik yang harusnya ada pada Iron Meteorite.

Lantas benda apakah itu?

Jawabannya adalah Belerang (sulfur). Belerang adalah zat yang mudah terbakar dan bila terbakar menimbulkan nyala api berwarna biru.  Api berwarna biru seperti itu  pula yang bisa kita saksikan pada foto-foto lava belerang panas di Kawah Ijen. Belerang juga mudah meleleh pada suhu sedikit di atas titik didih air, sekitar 100 derajat C. Dua sifat tersebut menjelaskan objek yang dikira meteor itu bisa meleleh dan terbakar dengan api berwarna biru.  Bila terpapar panas tinggi sampai 200 derajat, warnanya berubah menjadi merah tua. Warna merah itu yang juga tersisa pada sebagian sampel seperti gambar di atas.

Lantas darimanakah belerang tersebut? Dugaan sementara belerang tersebut berasal dari sisa-sisa pengunaan pabrik gula mengingat bahwa lokasi tersebut tak jauh dari lingkungan perindustrian. Belerang atau tepatnya SO2, gas hasil pembakarannya, digunakan untuk memutihkan kristal gula.

Tim LAPAN pun berhenti sampai disitu. Mereka tidak berminat meneliti lebih jauh skenario terbakarnya belerang tersebut. Mungkin terdapat segumpal belerang disekitaran wilayah tersebut yang kemudian terlempar atau sengaja "dilempar" oleh seseorang yang telah membakarnya sebelumnya. Secara astronomi tidak dikenal adanya meteorit yang meleleh dan menghasilkan api. Dan temuan sisa belerang memberikan indikasi sifat fisis objek diduga meteor itu seperti pembakaran belerang.

Tentang lafadz Allah yang diisukan masyarakat selama ini, hal ini mungkin saja akibat dari lelehan belerang tersebut yang mengalir mengikuti alur tanah yang kemudian di intrepetasikan salah oleh sebagian orang. Atau hanya sebagai sesuatu isu menarik yang sengaja dibuat oleh sebagian orang untuk membesar-besarkan sebuah peristiwa.

Hasil akhir dari tim LAPAN menyimpulkan bahwa "meteor" Cirebon tersebut bukanlah sebuah meteor.

Referensi : http://tdjamaluddin.wordpress.com/2010/08/20/meteor-cirebon-sesungguhnya-bukan-meteorit/